#SahabatKeluarga. Gerakan literasi adalah salah satu program yang cukup efektif dalam meningkatkan budaya membaca bagi masyarakat utamanya bagi mereka yang menempuh jalur pendidikan non formal melalui PKBM atau bagi mereka yang kurang beruntung tidak tidak dapat menempuh jalur pendidikan formal akibat putus sekolah.
Keberadaan PKBM hadir sebagai solusi untuk memperoleh penyetaraan pendidikan bagi masyarakat yang belum menuntaskan wajib belajar 9 tahun, yaitu dengan mengikuti kegiatan belajar mulai dari jenjang Paket A, Paket B, Paket C maupun Keaksaraan Fungsional bagi masyarakat yang buta huruf dan lain-lain.
Dalam upaya meningkatkan budaya literasi di PKBM tentu pengelola lembaga harus mampu menghadirkan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan bagi warga belajar sehingga warga belajar tertarik untuk belajar baik dilingkungan sekolah maupun diluar.
PKBM AS-SYIFA' Aikmel dalam motonya yang berbunyi "Tidak Ada Kata Terlambat Untuk Belajar dan Ujian, Kami Adalah Solusi Bagi Anda" ternyata motto tesebut memiliki daya tarik tersendiri dalam meningkatkan budaya literasi bagi seluruh warga belajarnya.
Saya sebagai seorang tutor menyimpulkan bahwa bersekolah di PKBM ibarat orang belajar mandiri sebab lembaga menggunakan sistem bobot SK dalam pembelajaran, jadi peserta didik harus kejar target sehingga mau tidak mau, suka tidak suka peserta didik harus rajin belajar, sebab di lembaga PKBM pembelajarannya mencakup 3 kategori yaitu Tatap Muka, Tutorial dan Kegiatan Mandiri.
Pengalaman nyata yang telah saya rasakan bahwa pembagian pola pembelajaran dalam 3 kategori tersebut ternyata berdampak besar terhadap peserta didik dalam hal literasi, sebab jadwal tatap muka dan tutorial sangat minim hal ini disebabkan karena jadwal kegiatan mandiri volumenya lebih besar khususnya pada program kejar paket dan pendidikan kesetaraan paket C sehingga pihak lembaga berjibaku untuk menyediakan berbagai referensi sebagai sumber belajar bagi peserta didik.
Berbeda dengan keaksaraan fungsional tutor secara aktif mengajarkan kepada warga belajar untuk membaca dan menulis, karena yang diajarkan adalah umumnya mereka yang buta huruf sehingga pola pembelajaran yang diterapkan adalah kreatifitas tutor dalam menyampaikan materi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi warga belajar.
Upaya yang dilakukan PKBM dalam meningkatkan budaya literasi adalah memberikan target kepada warga belajar untuk menuntaskan target kurikulum yang diterapkan oleh lembaga sebab jika mereka tidak mampu untuk mengejar target tersebut tentu akan berdampak pada nilai hasil belajar dan kelulusan peserta didik.
Mengingat sebagian besar mereka yang mengikuti program paket A, Paket B, dan Paket C adalah mereka yang tidak selesai dijalur pendidikan Formal maka merekapun sangat termotivasi untuk belajar dikarenakan kalo tidak lulus ujian kesetaraan kemana lagi mereka harus mencari pengakuan legalitas formal bahwa ia sudah menyelesaikan studi berupa ijazah kesetaraan.
Salam #LiterasiKeluarga
Keberadaan PKBM hadir sebagai solusi untuk memperoleh penyetaraan pendidikan bagi masyarakat yang belum menuntaskan wajib belajar 9 tahun, yaitu dengan mengikuti kegiatan belajar mulai dari jenjang Paket A, Paket B, Paket C maupun Keaksaraan Fungsional bagi masyarakat yang buta huruf dan lain-lain.
Dalam upaya meningkatkan budaya literasi di PKBM tentu pengelola lembaga harus mampu menghadirkan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan bagi warga belajar sehingga warga belajar tertarik untuk belajar baik dilingkungan sekolah maupun diluar.
PKBM AS-SYIFA' Aikmel dalam motonya yang berbunyi "Tidak Ada Kata Terlambat Untuk Belajar dan Ujian, Kami Adalah Solusi Bagi Anda" ternyata motto tesebut memiliki daya tarik tersendiri dalam meningkatkan budaya literasi bagi seluruh warga belajarnya.
Saya sebagai seorang tutor menyimpulkan bahwa bersekolah di PKBM ibarat orang belajar mandiri sebab lembaga menggunakan sistem bobot SK dalam pembelajaran, jadi peserta didik harus kejar target sehingga mau tidak mau, suka tidak suka peserta didik harus rajin belajar, sebab di lembaga PKBM pembelajarannya mencakup 3 kategori yaitu Tatap Muka, Tutorial dan Kegiatan Mandiri.
Pengalaman nyata yang telah saya rasakan bahwa pembagian pola pembelajaran dalam 3 kategori tersebut ternyata berdampak besar terhadap peserta didik dalam hal literasi, sebab jadwal tatap muka dan tutorial sangat minim hal ini disebabkan karena jadwal kegiatan mandiri volumenya lebih besar khususnya pada program kejar paket dan pendidikan kesetaraan paket C sehingga pihak lembaga berjibaku untuk menyediakan berbagai referensi sebagai sumber belajar bagi peserta didik.
Berbeda dengan keaksaraan fungsional tutor secara aktif mengajarkan kepada warga belajar untuk membaca dan menulis, karena yang diajarkan adalah umumnya mereka yang buta huruf sehingga pola pembelajaran yang diterapkan adalah kreatifitas tutor dalam menyampaikan materi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi warga belajar.
Upaya yang dilakukan PKBM dalam meningkatkan budaya literasi adalah memberikan target kepada warga belajar untuk menuntaskan target kurikulum yang diterapkan oleh lembaga sebab jika mereka tidak mampu untuk mengejar target tersebut tentu akan berdampak pada nilai hasil belajar dan kelulusan peserta didik.
Mengingat sebagian besar mereka yang mengikuti program paket A, Paket B, dan Paket C adalah mereka yang tidak selesai dijalur pendidikan Formal maka merekapun sangat termotivasi untuk belajar dikarenakan kalo tidak lulus ujian kesetaraan kemana lagi mereka harus mencari pengakuan legalitas formal bahwa ia sudah menyelesaikan studi berupa ijazah kesetaraan.
Salam #LiterasiKeluarga
0 Komentar untuk "Gerakan Literasi Bersama PKBM"